Speednride.com- Kia Carens generasi keempat ini ternyata lebih irit dari mobil LCGC (Low Cost Green Car). Kami mendapat kesempatan menguji mobil yang jauh lebih bongsor dari generasi sebelumnya. Kebetulan yang kami coba adalah unit bermesin 1.500 cc dengan kapasitas 7-penumpang.

Beruntung mendapat kesempatan menjajal varian 1.5L. Sebab publik Tanah Air sudah semakin familiar dengan mesin Smartstream 1.5 liter bawaannya. Lebih dulu bersemayam di Kia Sonet, Hyundai Creta dan terakhir Hyundai Stargazer. Semuanya saling terkait. Bahkan memakai K Platform juga seperti Kia Seltos serta Hyundai Alcazar di Negeri Bharata. Tentu sudah terbayang kesamaan karakter antara semua model. Yang pasti punya benang merah serupa dalam rasa.

Meski menyandang platform sama dengan Seltos, desain interior mayoritas berbeda. Komponen serupa hanya bisa dikenali dari lingkar kemudi dan tuas transmisi. Sementara dashboardnya berbeda total dan tampil lebih mewah. Disebabkan pemakaian panel piano black diberi aksen gradien serta berpadu ambient light dapat diubah-ubah warnanya. Makin menarik, head unit monitor tertanam rapi di bagian tengah. Berukuran 8-inci yang tampilannya persis seperti milik Hyundai Stargazer. Tentu saja termasuk koneksi Android Auto dan Apple CarPlay.

Dari fitur keselamatan, jangan berharap ada peranti berbasis ADAS seperti Hyundai SmartSense. Berarti kalah lengkap dibanding Honda BR-V plus Honda Sensing yang Rp 40 juta lebih murah. Jadi, Carens 1.4L Turbo dan 1.5L tidak punya sistem Lane Keep Assist hingga Blind Spot Monitoring. Cukup mengandalkan 6 titik airbag, ABS, EBD, BA, ESC, HAC dan DBC.

Nah, DBC atau Downhill Brake Control justru tersedia walau mobil ini bukan untuk mengarungi medan off-road berat. Setidaknya memberi rasa aman saat menuruni turunan curam. Saat bekerja, DBC mampu menahan laju mobil pengemudi perlu menginjak pedal rem. Kemudian Kia memberikan sensor parkir tak hanya di belakang, tapi juga area depan.

Rasa berkendara Carens tipikal Kia dan Hyundai masa kini. Bantingan lembut dan berisi, sesuai kiblat karakter mobil Eropa. Meski menjadi SUV, kenyamanan tetap seperti MPV. Apalagi ditambah ground clearance 195 mm dan ban profil tebal, menghantam lubang atau kasarnya jalanan mampu diredam dengan maksimal.

Kami hanya mencoba dari Jakarta menuju Tangerang dan kemudian Kembali ke Jakarta. Sungguh tak sangka ketika melihat average bbm yang tertera di layar spidometer. Ternyata 1:19,7 km/l yang biasanya angka ini hanya dimiliki oleh mobil LCGC seperti Honda Brio, Toyota Agya, Daihatsu Ayla dan sekelasnya.

Bobot kemudi juga cukup ringan. Namun, harus focus dalam berkendara ya. Bagi kami, mobil ini sangat cocok untuk diajak keluar kota. Meskipun bensin, tapi ia tetap irit bahan bakar dan sangat nyaman.

Varian mesin 1.5 liter ialah tipe Smartstream, Gamma II, DOHC Dual CVVT. Juga menjadi sumber performa Kia Sonet, Hyundai Creta dan Stargazer. Menghasilkan 113 hp dan torsi maksimal 144 Nm. Tersalur ke roda depan oleh transmisi IVT. Di atas kertas, termasuk output terbesar di kelasnya. Untuk pemakaian harian sangatlah cukup. Tidak perlu usaha berat untuk membopong bodinya dan seharusnya efisien juga. Dipadukan IVT yang selalu memiliki respons sigap mirip matik konvensional. Ditambah 3 mode berkendara (Eco, Normal dan Sport) untuk disesuaikan kebutuhan.

Rasanya varian 1.5L NA sudah lebih dari cukup untuk daily driven. Terutama untuk menghadapi kepadatan lalu lintas sehari-hari. Mesin berturbo dan transmisi DCT pastinya bakal mubazir. Sekarang tidak menilai value yang didapat dari banderol Rp 389 juta. Memang termahal dibanding New Mitsubishi Xpander Cross dan Honda BR-V. Tapi ada beberapa kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki lawannya. Bisa dilihat dari sudut pandang fitur, desain, ataupun eksklusifitas merek non-mainstream.

Ingin melihat review lengkapnya, bisa kalian cek channel youtube Speednride